‘Takut Sekali Kalah Dalam Pilkada DKI’

Berita19 Dilihat
Terdakwa kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memasuki ruang sidang lanjutan (Dok)
JAKARTA, SriwijayaAktual.com – Hujatan serta ancaman pemecatan terhadap Ahmad Ishomuddin dari
pengurus MUI tak terlepas dari kepentingan Pilkada DKI, kata pengacara
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Humprhey R. Djemat. 
Kepada media,   dia menyebutkan, upaya penggulingan hanya karena
Ishomuddin memberikan kesaksian yang meringankan buat Ahok pada sidang
lanjutan penistaan agama, Selasa lalu membuktikan, bahwa ada pihak yang
tidak dapat menerima perbedaan. “Terlihat sekali kepanikannya. Terlihat
sekali rasa kebenciannya dan ketakutan terhadap kebenaran yang
dimunculkan,” ujarnya, dikutip Rimanews, Sabtu (25/3/2017). 
Setelah memberikan kesaksian sebagai ahli agama yang dihadirkan tim
pengacara Ahok, Ishomuddin mengaku diserang banyak pihak. Bahkan
belakangan dirinya terancam dipecat dari jabatan Wakil Ketua Komisi
Fatwa MUI. 
Serangan terhadapnya tidak hanya melalui media sosial tetapi juga
dari berbagai media online, termasuk dari kolega di IAIN Raden Intan
Lampung yang membuat pernyataan sikap secara tertulis terkait
pernyataannya yang membela Ahok. 
Atas dasar itu, Ishomuddin memberikan klarifikasi melalui akun
Facebooknya, dengan tulisan berjudul ‘TABAYYUN SETELAH SIDANG KE-15
KASUS PENODAAN AGAMA’. 
Padahal, kata Humprhey, dimunculkannya Ishomuddin sebagai ahli
agama dalam sidang sama sekali tidak membawa nama MUI, melainkan sebagai
pribadi yang memiliki ilmu agama islam. Dalam persidangan dia
menjelaskan tentang kebenaran dalam agama islam, khususnya tentang makna
Surat Al Maidah ayat 51. 
“Dia menyampaikan argumentasi yang objektif dan referensi yang kuat, pendapatnya dihormati majelis hakim,” terangnya Humprhey. 
Berita Terkait: Dihujat Banyak Pihak Khususnya Umat Islam, Saksi Ahli Ahok Tulis Surat Terbuka
Karena itu dia mengaku heran dengan serangan dan ancaman yang
menimpa Ahmad  Ishomuddin pasca hadir dalam persidangan untuk memberika
keterangan sebagai ahli. Dia menduga, serangan tersebut tak terlepas
dari kepentingan Pilkada DKI dengan tujuan memberikan dominasi persepsi
kebaikan kepada salah satu pasangan calon. 
“Takut sekali kalah dalam pilkada DKI. Ternyata, kebusukan demi
kebusukan terungkap juga akhirnya. Sebenarnya, ini sudah terlihat sejak
proses awal persidangan,” ungkap Humprhey. (*)

Komentar