“Tentang Strategi Prabowo Subianto”

Berita143 Dilihat
prabowo%2Bahli%2Bstrategi%2Bperang

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!
Oleh Soemantri Hassan (Pemerhati Kebijakan Publik)

KOLOM PEMBACA, SriwijayaAktual.com – Dalam suasana pekik takbir kutulis tembang ini. Dalam desis dan kegenitan sang nyamuk wara wiri. Akibat kemarau panjang. 
Hanya semilir angin yang mampu menghalau genitas nyamuk. Selain angin, kita pun butuh asap. Tak ada api maka tak ada asap.

Orang kota di larang menabun.Karena Tetangga marah. Hanya pada saat
sunyi di perkampungan, di pegunungan dan pinggiran pantai kita bebas
menabun dan bahkan membuat api unggun.

Dalam bayang bayang genitas nyamuk, saya berpikir strategi Prabowo. Saya tak biasa merenung. Merenung hanya buat pemurung.

Baiknya Aku berpikir dalam alunan lagu Rolling Stone, bergerak tak hanya
otak. Seluruh badan bergerak bersaing sehat dengan sang nyamuk.

Strategi Prabowo bagi yang berpikir tentu sepakat ini gebrakan luar
biasa. Do the right thing memang butuh dua hal sekaligus keberanian dan
kecerdasan.

Keberanian melawan tantangan bahkan ancaman karena berbeda dengan
pendapat umum. Kecerdasan terkait melihat peluang dan keterbatasan diri.

Ribut ribut MRT, dan diplomasi nasi goreng serta peristiwa di Bali
sebetulnya hanya gimmick untuk memahami strategi seorang Jendral perang.
Terlalu rendah gimmick dijadikan dasar analisa strategi.

Lalu apa akal kita? Mulailah banyak membaca cara menghalau nyamuk di
musim kemarau panjang. Pelajari tahapan menghalau nyamuk. Bukan sibuk
dengan genitas nyamuk.

Karena gak ada yang baru di bawah matahari ini. Pun ilmu pengetahuan.
Strategi pun bisa dipelajari dan  dipahami dengan melakukan audit. Kalau
kata Prof Andre Harjana bisa dilakukan Audit Komunikasi.

Karena tak ada api jika tak ada asap. Tak ada asap maka nyamuk bebas
berkeliaran. Asap rokok tak mampu menghalau. Mulailah terbiasa menyaring
apa yang dikatakan bukan apa yang dikatakan. 

Kata kata hanyalah deretan huruf sebatas kosa kata dan kalimat. Tapi orang yang mengatakan yang sebetulnya mempunyai makna. 

Baca Juga: Strategi sang Jenderal ini Semakin Mantap!

Siapa yang memulai wacana residu residuan, poros porosan bisa diukur
dengan pendekatan audit komunikasi. Maka buat para tokoh dan pengambil
keputusan mulailah hati hati berujar. 

Biasanya nyamuk hadir di jarak yang paling terdekat sekadar mengganggu.
Dan bisa membawa penyakit runtuhnya kinerja organisasi. [tsc]