Peningkatan korban jiwa terjadi ketika pengunjuk rasa menentang
pemberlakuan jam malam di Baghdad dan kota-kota lainnya.
(3/10) untuk menentang adanya jam malam dan pemotongan akses internet.
Untuk memukul mundur pengunjuk rasa, petugas keamanan menggunakan gas
air mata dan amunisi langsung yang membuat keadaan rusuh dan menewaskan
banyak korban yang mayoritas adalah demonstran.
Korban jiwa pertama muncul pada Kamis (3/10) di mana seorang pengunjuk
rasa terbunuh ketika bergerak menuju Lapangan Tahrir di pusat kota. Pada
kesempatan itu, para pengunjuk rasa langsung membakar gedung-gedung
pemerintahan.
sekelompok penyerang melakukan aksi penembakan terhadap seorang aktivis,
Hussein Adel Madani dan istrinya. Sementara itu, lima demonstran juga
ditembak mati di Zaafaraniya.
dengan menyebarkan video kekejaman petugas keamanan terhadap demonstran
dengan menggunakan tagar # Save_the_Iraqi_People.
Diketahui, unjuk rasa terjadi karena warga menganggap pemerintahan
Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi yang baru berusia setahun telah gagal
memenuhi visi misinya. Hal tersebut terlihat dengan kurangnya lapangan
pekerjaan, buruknya pelayanan sosial seperti listrik dan air, hingga
korupsi yang meraja lela di negeri yang kaya akan minyak itu.
Demonstrasi sendiri berawal dengan damai. Para pengunjuk rasa
menggunakan topeng dan bendera Irak untuk menutupi identitasnya. Namun
kemudian unjuk rasa berubah menjadi mimpi buruk.
Kini, jalan-jalan di Baghdad dipenuhi dengan tabung gas air mata dan
selongsong peluru kosong. Asap bahkan masih muncul dari ban yang
terbakar di jalanan. (Rmol)