‘TUT WURI ANGISENI’ Pedoman Dakwah Islam Para Wali Songo, Bukan Indoktrinasi

Berita36 Dilihat
Wali Songo (Ist)

SriwijayaAktual.com – TUT Wuri Angiseni kalimat yang jarang terdengar di
telinga masyarakat Indonesia. Inilah strategi yang digunakan oleh para
wali untuk menarik hati masyarakat untuk masuk Islam, tanpa paksaan.
Dalam buku Teknik Jurnalistik Sistem Pers Pancasila  yang ditulis Pemimpin Redaksi Kedaulatan Rakyat M Wonohito,  bab terakhir dari buku yang terbit tahun 1977 mejadikan tut wuri angiseni sebagai judul. Bab tersebut secara khusus membahas bahwa bangsa ini sudah punya teori tentang komunikasi massa sejak lama.
Guru Besar Falsafah Islam Universitas Gadjah Mada (UGM) Ki Musa Al
Mahfud menemukan naskah di makam salah satu Wali Songo yaitu Sunan
Bonang yang berisi laporan tentang musyawarah alim ulama.
Dalam naskah tersebut ada pedoman bagi dakwah Islam, bunyinya : Dalam
melakukan dakwah para alim ulama hendaknya berpegang kepada tut wuri angiseni. Cara berdakwah tersebut kemudian dijalankan dan berhasil.
Tut wuri angiseni artinya, jalan di belakang sambil mengisi.
Para ulama tidak bicara dengan nada harus-harus-harus, melainkan
mengajarkan agama Islam dengn cara yang tidak kentara tapi kontinyu dan
mendalam.
Sunan Bonang sendiri dikenal sebagai sunan yang suka berdakwah dengan
musik gamelan. Guru Sunan Kalijaga inilah yang menciptakan alat musik
Bonang, Kenong dan Bende.
Bukti keberhasilan dakwah dengan cara tut wuri angiseni bisa
dilihat dengan berbondong-bondongnya masyarakat pindah dari agama
sebelumnya ke agama Islam dengan damai. Candi Prambanan peninggalan
zaman Hindu dan Candi Borobudur peninggalan agama Budha tetap tegak.
Hal itu dinilai sebagai keberhasilan dakwah Islam dengan cara tut wuri angiseni,
bukan indoktrinasi. Sebab indoktrinasi menanamkan gagasan baru ke jiwa
orang lain (dengan paksa). Akibatnya gagasan baru tersebut akan ditelan
mentah-mentah. Tidak dicerna oleh pikiran dan rasa. (***)

Komentar