Berita  

Video Viral!! BJ Habibie Bilang: Indonesia Bisa Bubar Jika Presiden Salah Ambil….

bj%2Bhabibie 1
JAKARTA, SriwijayaAktual.com – PERNYATAAN Indonesia bubar yang disampaikan Calon Presiden (Capres) Nomor 02, Prabowo Subianto, pernah disampaikan juga oleh Presiden H Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie.
Negara Indonesia bubar, kata BJ Habibie, bisa terjadi apabila seorang presiden salah dalam mengambil kebijakan.
Pernyataan itu terekam dalam program diskusi Mata Najwa bertema ‘Habibie Hari Ini’ yang tayang di Metro TV pada 5 Februari 2014 silam.
Ketika itu, Habibie menceritakan tentang masa peralihan saat dirinya menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, sesaat setelah Presiden Soeharto lengser tahun 1998.

Dalam rekaman Mata Najwa itu, Habibie yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia mengaku kecewa dengan kondisi yang dialami Presiden Soeharto.
Pasalnya, desakan yang disampaikan oleh rakyat serta mahasiswa agar Soeharto mengundurkan diri ketika itu secara langung mengantarkannya menjadi seorang Presiden ketiga.
Habibie mengungkapkan, pertemuan empat mata segera dilakukannya dengan Presiden Soeharto sesaat jumpa pers dilakukan di Istana Negara, Gambir, Jakarta Pusat, pada 19 Mei 1998.
Ketika itu dirinya mengaku marah kepada sang jenderal karena telah memutuskan untuk munudr dari jabatan Presiden.
“Saya langsung minta waktu untuk bertemu dengan presiden, dan saya bilang sama presiden, ‘saya ini hanya bisa menjadi wakil presiden dan menandatangani supaya diterima jikalau dipilih (rakyat) dengan persyaratan’. Persyaratan ialah bahwa terjadi sesuatu kepada presiden, maka wakil presiden itu harus mengambilalih kepemimpinana dan melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah ditentukan dalam ketetapan MPR,” cerita Habibie ketika bertemu Soeharto.
“Dan berarti, kalau bapak mengatakan ‘saya tidak mampu’, kenapa bapak menyetujui saya menjadi Wakil Presiden? itu tidak konsekuen! Jangan begitu pak! saya sampaikan. Karena jangan lupakan, saya dengan pak Harto itu dekat sekali. Saya biasa kalau berdebat dengan pak Harto bilang apa adanya,” tambahnya.
Soeharto ketika itu diungkapkannya hanya bisa terdiam, tidak ada kata yang terucap. “Pak Harto dia ngerti saya, dia diem, dia diem. ‘Jangan begitu pak!’,” imbuhnya.
Keputusan Soehatrto serta kenyataan dirinya harus menjadi Presiden Republik Indonesia pada masa peralihan menjadi beban berat.
Dalam sebuah buku yang ditulisnya, terdapat pengakuan jika Habibie ketika itu menginginkan mundur bersamaan dengan Soeharto.
“Tapi itu melanggar Undang-undang Dasar, karena saya menandatangani, di depan wakil-wakil rakyat, di MPR disaksikan juga oleh presiden terpilih (Soeharto), bahwa jika terjadi sesuatu kepada presiden, maka saya berkewajiban untuk mengambil alih kepemimpinan dan melanjutkan kepemimpinan itu sesuai dengan rakyat yang telah ditentukan dalam ketetapan-ketetapan MPR,” ungkap Habibie.
“Itu, apa gunanya saya tandatangani? jadi tidak mungkin (mundur bersama SOeharto). Karena tidak dibenarkan dalam Undang-undang,” tegasnya.
Sadar Indonesia bisa bubar katanya menjadi alasan dirinya untuk mengemban jabatan tertinggi, yakni Presiden Republik Indonesia.
Walaupum ketika masa peralihan tersebut kepemimpinannya diragukan berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, elit politik hingga militer.
“Orang bagi saya bisa berpendapat apa saja, tapi yang jelas, saya itu harus menyelesaikan masalah, masalah yang saya hadapi adalah kalau saya mengambil kebijakan yang salah, Indonesia bisa bubar,” ungkapnya.
Korbankan Mimpi
Dalam wawancara tersebut, Habibie mengaku mengorbankan mimpinya sebagai pembangun pesawat terbang. ketika dirinya menjadi presiden menggantikan Soeharto, Habibie mengaku memiliki kekuasaan tertinggi untuk mlanjutkan proyek besar pembangunan pesawat N250 yang sudah memiliki sertifikasi 80 persen.
Namun keputusan tersebut tidak dilakukan lantaran sejumlah permaslahaan dan kesulitan masih menyelimuti rakyat.
Inflasi dan suku bunga perbankan yang tinggi disertai dengan terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga sebesar Rp 16.000.
“Iya, itu yang mereka nantikan. Kalau andai kata saya laksanakan (proyek) itu, ‘haa.. he is only a playmaker, he never make Indonesia’. Itu isu yang mereka tunggu, saya kan menghadapi, inflasi tinggi, suku bunga tinggi, nilai rupiah anjlok hanya 20 persen dari nilainya, yang tadi sudah melampaui Rp 16.000 mau ke Rp 20.000,” ungkap Habibie.
Namun dirinya tidak terpengaruh dengan dorongan hati untuk tetap memproduksi pesawat rancangannya.
Walaupun diketahui, ketika itu pemerintah dapat dengan mudah memproduksi pesawat N250 di dalam negeri menggunakan dana surplus dari Badan Usaha MIlik Negara (BUMN), bukan utang luar negeri.
“Negara tetangga, saya sebut aja namanya, Lee Kuan Yew (mantan Perdana Menteri Singapura), dia mengatakan apa, ‘kalau Habibie membangun, wooo (rupiah terhadap dolar) akan melampaui Rp 20.000’. Orang antre, makanan kurang, PHK banyak, itu kan lebih penting dari pesawat terbang itu,” ungkap Habibie menunjuk miniatur pesawat N250 rancangannya.
“Saya dahulukan ini dulu (kepentingan rakyat), jadi saya ngalah untuk menang. Yang menang itu siapa, rakyat,” ungkapnya disambut tepuk tangan.
Dalam kesempatan tersebut, Habibie pun menyebut seorang presiden idealis adalah seorang yang mampu menyelesaikan beragam masalah yang dialami negara, bukan seorang selebritas yang hanya unggul dalam popularitas.
“Karena itu saya tekankan, yang memimpin bangsa kita bukan selebritis. Tapi yang memimpin bangsa kita harus problem solved, profesional,” jelasnya. 
Indonesia Punah
Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menghadiri Konferensi Nasional Partai Gerindra di Kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat pada Senin (17/12/2018).
Dalam pidatonya di hadapan ribuan kader Partai Gerindra tersebut, Prabowo Subianto mengatakan bahwa konferensi nasional digelar sebagai taklimat menuju Pemilu Presiden 2019.
“Saya katakan, bahwa saya memanggil di Konfernas ini, sebelum kita melaksanakan pekerjaan yang besar, yaitu saya menganggap Konfernas ini adalah taklimat sebelum kita maju ke medan laga menyelamatkan bangsa dan negara,” tutur Prabowo Subianto dalam pidatonya.
Calon Presiden nomor urut 02 tersebut menegaskan, Pemilu Presiden 2019 harus dimenangkan. Sebab, katanya, banyak masyarakat menginginkan perubahan, salah satunya Indonesia bersih dari korupsi.
“Kita tidak boleh kalah. Kalau kita kalah, negara ini bisa punah,” katanya.
Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu mengatakan, para elite salah mengelola bangsa dan negara, sehingga banyak kebijakan keliru yang kemudian membuat rakyat tidak sejahtera.
“Sudah terlalu lama elite yang berkuasa puluhan tahun, sudah terlalu lama mereka memberi arah keliru, sistem yang salah. Dan saya katakan, bahwa sistem ini kalau diteruskan akan mengakibatkan Indonesia lemah. Indonesia semakin miskin, dan semakin tidak berdaya, bahkan bisa punah,” paparnya.
Komentar sampai ajakan bertaruh rumah oleh Wiranto
Menkopolhukam Wiranto mengaku heran dengan pidato yang diucapkan calon presiden (capres) Prabowo Subianto.
Kemarin, di hadapan para kader Partai Gerindra, capres nomor urut 02 itu mengatakan Indonesia akan punah apabila Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kalah di Pilpres 2019.
Menurut Wiranto, hal itu sama saja dengan sebuah ancaman serius bagi Indonesia.
“Belum ada dalam sejarah modern dalam pemilihan umum yang demokratis, seorang tokoh kalah lantas negara itu bubar atau punah,” ucap Wiranto, lewat ketarangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Selasa (18/12/2018).
“Negara akan punah tidak mungkin tiba-tiba, mesti ada gejalanya, indikasinya, atau ada peningkatan eskalasi sangat serius yang mengancam eksistensi negara itu,” sambungnya.
Sebagai Menkopolhukam, Wiranto menjamin keadaan Indonesia saat ini baik-baik saja.
“Bahkan oleh Survei Internasional, Indonesia dinobatkan sebagai negara teraman ke-9 di seluruh dunia (Sumber: Gallup Global Law and Order 2018), negara tujuan investasi yang paling menjanjikan No 2 setelah Filipina (Sumber: US News 2018), dan negara yang kepercayaan rakyat terhadap pemerintahnya di urutan pertama (Sumber: Gallup World Poll Tahun 2017),” papar Wiranto.
Untuk itu, Wiranto mengharapkan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap pernyataan tersebut.
Bahkan, sambil berseloroh Wiranto berani bertaruh, jika sehabis pemilu Prabowo Subianto kalah dan Indonesia tetap utuh tidak punah, maka rumah milik mantan Denjen Kopassus di Hambalang, diserahkan kepada dirinya.
“Sebaliknya kalau lndonesia punah, maka rumah saya di Bambu Apus diserahkan ke Prabowo. Tapi kalau semua punah, buat apalagi rumah,” seloroh Wiranto, lalu tertawa.
Pernyataan Prabowo soal negara ini akan punah bila dirinya tak menang di Pilpres 2019 pertama kali dilontarkan Ketua Umum Gerindra itu di acara konferensi nasional Partai Gerindra di Kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (17/12/2018).
Dalam pidatonya di hadapan ribuan kader Partai Gerindra tersebut, Prabowo Subianto mengatakan bahwa konferensi nasional digelar sebagai taklimat menuju Pemilu Presiden 2019.
“Saya katakan, bahwa saya memanggil di Konfernas ini, sebelum kita melaksanakan pekerjaan yang besar, yaitu saya menganggap Konfernas ini adalah taklimat sebelum kita maju ke medan laga menyelamatkan bangsa dan negara,” tutur Prabowo Subianto dalam pidatonya.
Calon Presiden nomor urut 02 tersebut menegaskan, Pemilu Presiden 2019 harus dimenangkan.
Sebab, katanya, banyak masyarakat menginginkan perubahan, salah satunya Indonesia bersih dari korupsi.
“Kita tidak boleh kalah. Kalau kita kalah, negara ini bisa punah,” katanya.
Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu mengatakan, para elite salah mengelola bangsa dan negara, sehingga banyak kebijakan keliru yang kemudian membuat rakyat tidak sejahtera.
“Sudah terlalu lama elite yang berkuasa puluhan tahun, sudah terlalu lama mereka memberi arah keliru, sistem yang salah. Dan saya katakan, bahwa sistem ini kalau diteruskan akan mengakibatkan Indonesia lemah. Indonesia semakin miskin, dan semakin tidak berdaya, bahkan bisa punah,” paparnya.
Salah satu dasarnya, menurut Prabowo Subianto, pendapatan per kapita Indonesia yang sangat kecil. Pendapatan per kapita Indonesia hanya 4.000 dolar per tahun.
Jumlah tersebut, menurut Prabowo Subianto, setengahnya dikuasai oleh 1 persen orang kaya Indonesia.
“Kekayaan penghasilan kita setahun tinggal setengahnya, yaitu 1.900. Itu kata penasihat saya, Pak Fuad Bawazier. Jadi kalau kita cabut yang satu persen, tinggal setengahnya. Kita per kapita bukan 3.800 dolar, tapi setengahnya, 1.900 kurang lebih, belum lagi dipotong utang,” bebernya.
Komentar Maruf Amin
Calon wakil presiden Maruf Amin merespons pernyataan calon presiden Prabowo Subianto, yang menyebut Indonesia bisa punah jika pasangan nomor urut 02 kalah dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Maruf Amin meyakini Indonesia tidak akan punah jika Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno tak memenangkan Pilpres 2019.
Bahkan, ia meyakini Indonesia akan semakin maju karena Presiden Joko Widodo sudah membangun infrastruktur hingga pelosok daerah.
“Indonesia tidak akan punah, memang anu, apa namanya, hewan purba. Saya kira Indonesia ke depan makin kuat. Apalagi Pak Jokowi pada periode pertama sudah meletakkan milestone-nya. Tonggak-tonggaknya sudah ada,” tutur Maruf Amin di Rumah Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/12/2018).
Maruf Amin meyakini, jika Jokowi dan dirinya terpilih sebagai presiden dan wakil presiden periode 2019-2024, Indonesia akan menjadi negara yang mandiri.
“Karena itu kita yakin tidak akan punah, dan akan semakin kuat. Insyaallah 2024 kalau Pak Jokowi sama saya terpilih, bisa akan tinggal landas menuju kemandirian,” ucap Maruf Amin.
Sebelumnya, Prabowo Subianto menyinggung Indonesia bisa punah, jika dirinya dan Sandiaga Uno kalah dalam pemilihan presiden 2019. (dwi/wartakota)
Lihat Videonya BJ Habibie Dibawah ini;