Berita  

Wanita Paling Subur di Dunia, Bisa Melahirkan 44 Anak

Ilustrasi ibu dan anak. (Shutterstock)

SriwijayaAktual.com – Mariam Nabatanzi sudah menikah di usianya yang masih 11 tahun dan
satu tahun kemudian, saat 12 tahun, ia sudah dikaruniai bayi kembar.
Tak sampai di situ, ia kembali melahirkan lima pasang bayi kembar, empat pasang kembar tiga serta lima pasang kembar empat.
Namun, sebanyak enam anak meninggal karena indung telurnya yang besar dan tidak normal.
Tiga tahun kemudian, wanita 39 tahun dari Uganda ini ditinggalkan
oleh suaminya. Membuat Nabatanzi harus menyokong 38 anak seorang diri.
Melansir The Sun, setelah anak kembar pertamanya lahir dokter memberi tahu Nabatanzi memiliki ovarium besar yang tidak biasa (hiperovulasi).
Dokter juga mengatakan jika Nabatanzi mengonsumsi alat kontrasepsi
seperti pil KB, justru akan menyebabkan masalah pada kesehatannya.
Sehingga tidak heran jika ia terus melahirkan hingga mempunyai 44 jumlah anak.
Hiperovulasi mengacu pada produksi dan pelepasan lebih dari satu telur selama siklus menstruasi.
Kondisi ini dapat terjadi secara alami atau distimulasi melalui
perawatan hormon untuk keperluan donor telur dalam reproduksi pihak
ketiga.
Mariam Nabatanzi memunyai 4 anak (YouTube/KenyaCitizenTV)
Menurut Repropedia, dalam kondisi normal, ketika lebih dari satu telur
dilepaskan, peluang untuk hamil kembar fraternal atau kembar tiga
meningkat.
Sedangkan dalam stimulasi hiperovulasi melibatkan beberapa obat dan
pemantauan hati-hati kadar hormon serta status ovarium, yang biasanya
menggunakan ultrasonografi (USG).
Setelah matang, folikel dihisap selama prosedur pengambilan telur dan
dievaluasi kualitasnya sebelum digunakan untuk fertilisasi in vitro
(bayi tabung).
Tidak heran jika ia dijuluki wanita tersubur di dunia karena ia memiliki keluarga yang paling besar.
Mariam Nabatanzi memunyai 4 anak (YouTube/KenyaCitizenTV)
Di Uganda, tingkat kesuburan rata-rata wanita hanya dapat melahirkan 5
hingga 6 anak. Bahkan ini masih dianggap tertinggi di benua Afrika dan
lebih dari dua kali lipat rata-rata global yang hanya melahirkan dua
hingga 4 anak, menurut Bank Dunia.
“Saya tumbuh dengan air mata, laki-laki saya telah meninggalkan saya
dengan banyak penderitaan,” katanya saat wawancara di rumahnya, tangan
tergenggam saat air matanya menggenang.
“Seluruh waktu saya dihabiskan untuk merawat anak-anak saya dan bekerja untuk mendapatkan uang.” [*]