![]() |
Ilustrasi |
dianggap sebagai “Sembako”. Hampir semua pengguna media sosial di mana
pun, mengandalkan layanan komunikasi kepunyaan Facebook itu.
sebagai pemilik, Facebook tak rela membiarkan jejaring komunikasi yang
sudah berumur sembilan tahun itu gratis. Apalagi, sudah dibeli oleh
Facebook seharga US$19,3 miliar, atau setara Rp280 triliun, ungkap TechCrunch.
penjuru dunia hingga 2018. Tentunya, ini basis pasar yang menggiurkan
untuk bisa menghasilkan pundi-pundi pendapatan.
menunjukkan, sejak diakuisisi oleh Facebook pada 2014, pengguna WhatsApp
terus naik jumlahnya.
peningkatan trafik tersebut berjalan begitu cepat. Pada Mei 2018, 1,5
miliar pengguna WhatsApp sudah mengirim sebanyak 65 miliar pesan melalui
aplikasi WhatsApp maupun WhatsApp web per hari. Angka tersebut naik
signifikan dibanding satu miliar pesan yang berseliweran di WhatsApp,
dua tahun setelah aplikasi ini diluncurkan pada 2009.
dipandang “selalu gratis.” Telah disiapkan fitur, di mana pengelola
WhatsApp akan menarik bayaran untuk pengguna yang ingin pesannya jadi
viral dan cepat terkirim ke siapa saja. Biasanya, ini adalah pelaku
usaha yang ingin memasarkan produk-produk mereka.
pesan itu belakangan ini bukan lagi sekadar dimanfaatkan untuk berbagi
curhat maupun informasi antar-teman atau kerabat, tapi sudah menjadi
medium yang ampuh untuk memasarkan produk dengan pendekatan populer “iklan mouth-to-mouth.”
sebabnya, pengelola WhatsApp – terutama Facebook sebagai tuannya –
tentu ingin mendapat “cipratan” rezeki dari sistem iklan ala media
sosial itu. Walau nilai satuannya kecil, namun kalikan saja dengan 1,5
miliar pengguna setiap hari, maka jumlah dolar yang bakal diraup akan
“berbukit-bukit.”
berbayar bernama “WhatsApp Business.” Tanggal peluncurannya belum pasti.
Namun, Facebook mengaku sudah testing produk ini berbulan-bulan dengan
melibatkan 100 perusahaan di penjuru dunia dalam tahap uji-coba.
dengan pengguna reguler individual? Tetap bisa menggunakan WhatsApp
secara gratis, namun jangan kaget kalau di tampilan layar nanti akan
diselipi iklan-iklan dari perusahaan yang sudah bayar.
layanan berbayar itu WhatsApp akan membantu perusahaan untuk menjadi
jembatan komunikasi dengan konsumen. Istilahnya, mereka akan menjadi
salah satu platform pendukung call center sebuah perusahaan.
konsumen atau pelanggannya, baik untuk mengirimkan informasi atau hanya
sekedar fast respons. Misalnya, perusahaan jasa pengiriman yang bisa
memberikan informasi kapan kiriman sampai, atau bisnis penerbangan yang
bisa mengirimkan informasi konfirmasi order atau boarding pass melalui WhatsApp.
dikenakan juga semakin mahal bila dibandingkan dengan layanan pesan
singkat biasa. Sama halnya dengan pesan-pesan lain yang dikirimkan lewat
WhatsApp, percakapan tentang bisnis atau aktivitas jual beli ini juga
akan dienkripsi.
berbagai perusahaan akan diizinkan untuk menyimpan salinan pesan di
tempat lain dalam keadaan didekripsi.
lebih dulu ke perusahaan melalui WhatsApp. Konsumen bisa meminta bantuan
informasi atau meminta prosedur teknis dari perusahaan yang dituju.
real-time kepada konsumen. Kami juga akan berhati-hati, sebisa mungkin
tak akan membombardir mereka dengan pesan spam,” ujar pihak WhatsApp.
akan dibayarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Artinya, biaya akan
dibebankan jika pesan memperlihatkan centang dua biru.
pengguna, namun bagi pengusaha pengiklan akan dibebani biaya antara 0,5
hingga sembilan sen atau sekitar Rp72 sampai Rp1.300 per pesan. Kisaran
harga ini tergantung dari kebijakan masing-masing negara.
sampai Rp10 ribu per pesan terkirim. Sekitar 100 perusahaan telah
melakukan uji coba fitur ini, seperti Singapore Airlines, Wish, dan
Uber.
pengiriman pesan di WhatsApp ini akan berlaku. Pihak WhatsApp belum
memberikan informasi terkait waktu implementasinya.
WhatsApp, Jan Koum dan Brian Acton, memutuskan hengkang dari anak
perusahaan Facebook itu.
aplikasi chat itu antara dua pendiri WhatsApp dengan pihak Facebook. Ada
pula kabar, tentang masalah privasi data dan melemahkan enksripsi pada
platform. (asp/viva)