Berita  

woOW! Australia Bikin Satgas Khusus Atasi Pengaruh China di Berbagai Universitas

AUSTRALIA, SriwijayAktual.com – Australia secara resmi akan
menyelidiki pengaruh asing di universitas-universitas mereka di tengah
kekhwatiran meningkatnya pengaruh China di kampus-kampus.

Kebijakan ini diambil terkait laporan adanya mahasiswa dan staf yang
melakukan “swasensor” dalam isu-isu sensitif, semisal protes
prodemokrasi di Hong Kong.

Pemerintah Australia juga menyatakan beberapa universitas juga telah menjadi sasaran serangan siber yang disponsori oleh China.

Pemerintah kemudian membentuk satuan tugas atau satgas intelijen untuk mengatasi ancaman-ancaman ini.

“Universitas juga harus bertindak untuk melindungi informasi berharga
yang mereka miliki, di mana ini juga merupakan bagian dari kepentingan
nasional,” kata Menteri Pendidikan Dan Tehan dalam pidatonya.

Tehan menghubungkan langkah mengatasi campur tangan asing ini dengan
“perluasan” perlindungan kebebasan bicara dan kebebasan akademis di
kampus.

Universities Australia, kelompok asosiasi universitas di sana, menyambut
baik pengumuman ini sembari mengatakan perlunya sikap “berimbang dan
hati-hati”.
Menanggapi pengumuman ini, China menyebutnya sebagai “tak beralasan”.

Mengapa langkah ini diambil?
Pengumuman ini dibuat pada 28 Agustus, tanpa menyebut nama negara tertentu.
Namun belakangan kekhawatiran terhadap pengaruh China di kampus-kampus meningkat.

Belum lama ini terjadi bentrokan di sejumlah universitas antara
mahasiswa yang mendukung gerakan prodemokrasi di Hong Kong dengan
mahasiswa China daratan yang mendukung pemerintah mereka.

Bentrokan ini termasuk yang membuat pengumuman ini dikaitkan dengan kekhawatiran akan pengaruh China.

“Kita harus… menciptakan lingkungan di mana ketidaksepakatan bisa dilakukan dengan aman tanpa ancaman,” kata Tehan.

“Beberapa mahasiswa dan staf di kampus telah menyensor diri sendiri
karena takut akan diteriaki atau dikecam apabila mengungkapkan pandangan
mereka yang sesungguhnya. Ini harus menjadi perhatian kita bersama,”
kata Tehan.

Ketegangan juga terjadi di mana laporan tentang mahasiswa China dengan agresif menentang kurikulum di kampus-kampus Australia.

Seorang pengajar di University of Melbourne, Australia yang dihubungi
oleh BBC News Indonesia merasakan adanya ketegangan semacam itu.

Sesudah bentrokan antara mahasiswa Hong Kong dan China daratan di Monash
University dan RMIT, ketika diadakan Open Day di kampusnya, semua seksi
terkait China dijaga secara khusus.

“Selain itu banyak terjadi bullying di kelas dan aplikasi WhatsApp dan WeChat,” katanya.

Seorang pengajar dikatakan sebagai “Hong Kong Pigs” ketika sedang
mengajar dan mengkritik kebijakan pemerintah China terhadap Hong Kong.
“Kebebasan akademik sedang terancam secara langsung,” katanya lagi.

Tujuan Satgas
Di sisi lain, sektor pendidikan tinggi Australia sendiri dikritik
lantaran sangat tergantung secara finansial pada mahasiswa
internasional.

Jumlah mahasiswa China kini nyaris sepertiga dari seluruh mahasiswa internasional di Australia.

Pemerintah mengatakan tim University Foreign Interference Taskforce –
yang terdiri dari agen intelijen, birokrat pendidikan dan pimpinan
universitas – ditujukan untuk meningkatkan pertahanan siber di
universitas.

Bulan lalu, Australian National University memastikan bahwa mereka telah
menjadi sasaran penjebolan data besar-besaran, di mana data 200.000
orang mahasiswa dan staf telah dicuri.

“Menurut laporan dari Australian Cyber Security Centre, universitas di Australia terus menjadi sasaran,” kata Tehan lagi.

Ia menyatakan tim ini akan mengembangkan perlindungan untuk membantu
universitas melindungi riset dan kekayaan intelektual mereka, serta
membuat kerja sama dengan akademisi asing berlangsung “lebih
transparan”.

Langkah apa lagi yang dilakukan?
Australia meloloskan undang-undang di tahun 2017 yang menyaratkan
organisasi asing untuk mendaftar dan mengumumkan hubungan mereka dengan
pemerintah negaranya.

Pemerintah Australia tengah menyelidiki peran Confucius Institutes,
Pusat bahasa dan kebudayaan China, yang didanai pemerintah China.
Lembaga ini hadir di kampus-kampus tetapi belum mendaftarkan diri.

Kantor berita AFP menyebutkan berbagai universitas di Australia telah
menerima puluhan juta dolar Amerika dari Beijing untuk mendirikan
lembaga Confucius Institutes untuk pengajaran bahasa.

Kekhawatiran terhadap lembaga ini muncul di negara bagian New South
Wales dan pemerintah setempat membatalkan kontrak dengan mereka untuk
mengajar program bahasa di sekolah-sekolah negeri.

Sikap China
Menanggapi langkah pemerintah Australia ini, juru bicara kementrian luar
negeri China Geng Shuang seperti dikutip kantor berita AFP menyatakan
“apa yang disebut infiltrasi China di Australia dan pernyataan seputar
itu tidak berdasar dan dibuat berdasar niat buruk.”

Ia mengatakan “mempolitisir kerja sama pendidikan dan membuat hambatan tidak akan menguntungkan pihak mana pun”. [bbc]

Spesial Untuk Mu :  Pidato Presiden RI Joko Widodo dihadapan Jutaan Masa Aksi Umat Islam 212, Meneg RI Memberikan Apresiasi'