Berita  

woOW Dahsyat! Siswa ini Ini Berhasil Modifikasi Tongkat Tunanetra yang dapat Deteksi Lubang dan Genangan Air

Ilustrasi
SEMARANG-JATENG, SriwijayaAktual.com – Sekelompok siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nurul
Barqi Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah (Jateng)  terdorong memodifikasi tongkat untuk membantu tunanetra
berjalan yang bisa mendeteksi lubang dan genangan air.



“Kami modifikasi tongkat yang biasa digunakan
penyandang tunanetra untuk membantu mereka berjalan,” kata Trimo Tugiono
(16), siswa SMK Nurul Barqi Semarang, di Semarang, Selasa ((9/5/2017), dikutip laman beritajateng.net.

Namun, kelebihannya tongkat itu dilengkapi semacam
alat untuk membantu mendeteksi lubang, genangan air, maupun penghalang
yang mengirimkan peringatan melalui suara.


Bersama dua rekannya, yakni Maghfur Ramadhan (16)
dan M. Abdul Malik (16) yang sama-sama dari Program Studi Mekatronika,
ketiganya merancang alat canggih untuk membantu penyandang tunanetra
itu.

“Tongkatnya kami pasangi semacam sensor ultrasonik,
sensor air, dan terpenting adalah alat bernama ‘Arduino
Microcontroller’ yang berfungsi menjalankan program ini,” jelasnya.
     
Untuk mendeteksi lubang di jalan dan jarak, kata
dia, sensor ultrasonik yang bekerja, sementara sensor air mendeteksi
jika ada genangan air di depannya ketika berjalan.
Siswa Semarang Ini Modifikasi Tongkat Tunanetra yang bisa Deteksi Lubang dan Genangan. /doc. Udinus.
Sebelum dipasang, Trimo mengatakan perangkat itu
diprogram terlebih dulu agar bisa mendeteksi lubang, air, dan
penghalang, seperti tembok yang bisa dijangkau tongkat dalam jarak
tertentu.
     
“Alat ini kemudian dihubungkan dengan speaker yang
akan mengirimkan tanda bahaya lewat suara. Dari percobaan kami, alat ini
bisa mendeteksi dengan jarak satu meter,” katanya.
     
Malik, rekannya menambahkan setidaknya menghabiskan
dana sekitar Rp600 ribu untuk membuat alat yang masih “prototipe” itu,
namun bisa membantu penyandang tunanetra dalam beraktivitas.
     
“Ya, masih butuh penyempurnaan. Antara lain, ukuran
alat yang masih terlalu besar dan berat dipasang ditongkat, nanti akan
kami sempurnakan sehingga lebih kecil bentuknya,” katanya.
     
Selain itu, masih terdapat “margin error” sekitar
25 persen, lanjut dia, tetapi ke depannya akan disempurnakan lagi
sehingga tingkat keakuratannya dalam membaca data semakin tinggi.
     
Temuan ketiga siswa itu juga sempat dilombakan di
ajang Creanovation Award 2017 yang digelar Universitas Dian Nuswantoro
(Udinus) Semarang meski tidak merebut gelar juara.
     
“Ya, tentu saja kami berharap ada bantuan dari
pemerintah untuk mengembangkan alat ini. Kalau bisa, Alhamdulillah.
Syukur-syukur bisa diproduksi massal nantinya,” pungkas Malik, diamini
dua rekannya. (*)