Berita  

woW!! Kakek 65 Tahun Seorang Montir di Sukoharjo ini Rakit Pesawat Terbang dari Barang Rongsokan

2018 02 08 18 11 04
SUKOHARJO-JATENG, SriwijayaAktual.com – Seorang montir berusia cukup tua, Texswan Purbobusono (65 Tahun) yang akrab dipanggil dengan nama Leo ini mencoba berkesperimen membuat pesawat terbang dari bahan-bahan bekas dan rongsokan. Pesawat yang dibuat warga Dusun Tempel, Desa Pondok, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, itu kini sudah hampir 80 persen jadi.
Hanya tinggal bagian sayap saja yang belum dibuat. Meski belum jatih total, pesawat dengan ukuran mini yang dibuat pria yang biasa dipanggil Leo ini telah beberapa kali dilakukan ujicoba.
Namun ujicoba yang dilakukan baru berupa uji coba jalan mesin pendorong pesawat yang dilakukan dengan mengelilingi kawasan Solo Baru, Grogol. Uji coba terbang akan dilakukannya, jika bagian pesawat sudah jadi.
“Jika sudah ada sayap, saya akan melakukan uji coba terbang di landasan pacu di Pantai Depok, Bantul, DIY. Saya yakin bisa terbang karena sudah diperhitungkan secara teknis,” katanya dikutip dari Solopos.com, Kamis (8/2/2018).
Meskipun berbentuk pesawat, bahan bakar yang akan digunakannya bukan avtur layaknya pesawat pada umumnya. Melainkan menggunakan premium yang menjadi bahan bakar sepeda motor atau mobil.
Ia menyebut, bagian pesawat belum dibuat karena terkendala dana. Ia menyebut, dalam membuat pesawat ini ada empat bagian, yakni badan pesawat [fuselage], sayap [wing], belakang pesawat [empennage] serta roda pendarat. “Hanya sayap pesawat yang belum saya buat lantaran terkendala dana,” ujarnya.
Untuk membuat pesawat ini, ia mengaku sudah mengeluarkan dana sebesar Rp 22 juta. Pesawat terbang rakitan Leo ini beratnya tak lebih dari 100 kilogram (kg) dengan panjang sekitar lima meter.
Sudah dua tahun Leo merakit pesawat ini. Bagian pesawat sebagian besar dibuat dari aluminium bekas dari salah satu kantor instansi pemerintah di Kota Solo. Menariknya, mayoritas bahan rakitan badan pesawat merupakan barang bekas atau rongsok.
“Saya sering membeli spare part sepeda motor di Pasar Silir, Solo. Harganya lebih murah dibanding membeli di toko onderdil sepeda motor. Uang pribadi yang digunakan untuk merakit pesawat terbang Rp 22 juta,” ujar Leo.
Leo terobsesi membikin pesawat terbang lantaran bermimpi melihat wilayah Soloraya dari langit. Dia belajar merakit pesawat terbang secara autodidak. Proses perakitan badan pesawat terbang tak dilakukan saban hari.
Leo harus merampungkan pekerjaan memperbaiki mobil yang mogok atau barang-barang elektronik seperti televisi, komputer, dan kulkas. Saat memiliki waktu luang, Leo lantas merakit satu per satu badan pesawat.
Waktu yang lama dihabiskan untuk merakit pesawat ini, lantaran Leo mengaku tak setiap hari mengerjakan pesawatnya. Proses pembuatan dan perakitan badan pesawat hanya dilakukan di sela-sela kesibukannya sebagai montir mobil dan barang-barang elektronik.
Leo terobsesi membikin pesawat terbang lantaran bermimpi melihat wilayah Soloraya dari langit. Dia belajar merakit pesawat terbang secara autodidak. [*]