Nusron Wahid (Ist) |
twitternya, Mantan Ketua GP Ansor NU Nusron Wahid kembali melontarkan
kritikan pedas kepada MUI yang dianggapnya sebagai penyebab biang kerok
ngamuknya ormas ormas Liar dan anarkis seperti FPI cs kepada Ahok
terjemahan al-Qur’an dlm bhs Indonesia berbeda kok bingung. Dr 16 kitab
tafsir yg saya miliki, makna awliya memang beda-beda.
memaknai mutlak dg pemimpin. Antara satu kyai dg kyai lainnya waktu
ngaji juga beda2. Namanya juga tafsir. Sifatnya dzonny ( tidak pasti)
(pasti) itu wahyunya. Bukan tafsir, pemahanan apalagi terjemahannya.
Makanya belajar al-Qur’an harus paham ilmu alat
shorof, balaghoh, badi’, bayan, ma’ani dan ilmu2 alat lainnya. Mrk yg
punya ilmu alat saja gak berani ngaku paling benar
tafsir dan kyai sepuh selalu menutup setiap tulisan dan pengajiannya dg
kalimat: Wallahu A’lamu bimuraadihi atau bishowaabihi
6. Allah lah yg paling tahu makna dan kandungan yg paling benar dari
suatu ayat al-Qur’an. Adapun tafsir itu hanya kira2. Bukan mutlak.
itu tidak tunggal. Pendapat MUI belum tentu sama dg ulama sepuh,
termasuk dlm surat Al Ma’idah. MUI beda dg guru2 saya.
saya waktu ngaji tafsir al Ibriz–dlm bhs Jawa–awliya dimaknai
“bolone”, bukan “pemimpin”. Bolo itu lawan katanya musuh.
bolo dan musuh berarti turunnya ayat ini dlm suasana perang. Sbb dlm
situasi damai, tdk ada bolo dan musuh. Semua saudara
skrg kita dlm situasi apa? Perang atau damai? Bukankah ulama2 kita sdh
memilih darussalam (negara perdamaian & keselamatan) & bukan
darul Islam (negara agama) dan bukan darul harbi (negara perang). Lantas
kenapa kita buat kodifikasi ayat seakan2 perang?
seakan2 dlm kondisi perang dg menempatkan Ahok “musuh” dan anti Ahok
“bolo”?
Baca Juga Ini Lur; Ini Ancaman FPI Jika Sampai Akhir Oktober Polisi Tidak Menangkap Ahok