Kerumunan ribuan orang yang melanggar aturan lockdown di negara itu, menemani seorang peziarah Mildomio Adames menuju alun-alun setempat, di mana pria tersebut memproklamirkan dirinya dan mengaku bahwa dia mendapatkan wahyu dari Ilahi.
Dengan penuh semangat, Adames mengatakan kepada banyak orang bahwa ia harus membuang salib kayu besar ke laut agar Tuhan mengakhiri pandemi COVID-19.
“Pada hari Senin, mereka mengatakan bahwa dunia dan Republik Dominika dan banyak negara di dunia tidak akan memiliki penyakit karena Tuhan telah membersihkan kita,” ujar Adames dalam akun YouTube resminya, dikutip dari Oddity Central, Kamis 30 April 2020.
Menurut Uskup Puerto Plata, Monsignor Julio Cesar Corniel Amaro, sebelum berkumpul di tempat terbuka untuk mendengar wahyu si peziarah, massa terlebih dahulu menyerbu Katedral San Felipe Apostol.
“Ketika ‘peziarah’ tiba di katedral, yang ditutup waktu itu, mereka secara paksa membuka pintu dan memasuki tempat itu sekitar 10 menit, kemudian pergi setelah mendapat pesan dari pemimpin kelompok,” kata Amaro dalam sebuah pernyataan.
Dikecam
Massa berjumlah ribuan orang ini telah mengejutkan seluruh masyarakat Republik Dominika. Tokoh masyarakat dan politisi turut mengecam aksi tersebut. Bahkan, seorang senator mengatakan peristiwa itu sebagai ‘serangan teroris’ yang mengancam keselamatan seluruh negara.
Mirisnya, di negara-negara di mana banyak orang yang kehilangan kepercayaan terhadap politisi dan otoritas setempat, pesan-pesan agama yang diputarbalikkan seperti The Pilgrim ini menjadi jawaban yang ditunggu-tunggu untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan keuangan yang serius. Padahal, fanatisme semacam ini hanya akan memperburuk keadaan. [*]